Taman Zaman - Kisah mitologi Atlantis disebut-sebut merujuk suatu wilayah yang disebut Sundaland. Sundaland adalah hamparan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Langka, dan Indonesia bagian Barat meliputi Sumatra, Kalimantan, Jawa dan terus ke arah timur. Atlantis berpusat di Indonesia bagian barat sekarang. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Bagaimana kajian metafisikan tentang Atlantis? Penulis asalah salah seorang dari jutaan orang peminat kisah Atlantis. terlebih lagi ketika Atlantis disebut-sebut di Sundaland. Kemudian penulis menelusuri jejak metafisik mengenai keberadaannya yang diperkirakan di laut Jawa. Lautan yang membentang antara Pulau Jawa, Sumatra dan Kalimantan serta Semenanjung Malaysia.
Di tahun 2017, penulis sengaja datang ke pantai Kejawanan Cirebon. Berdiri di tepi pantai di atas pijakan kayu pada warung-warung yang berjajar sepanjang pantai itu. Sambil menatap pantai sesekali menikmati pemandangan orang-orang bermain di pantai menggunakan perahu karet. Tiba-tiba pandangan berubah. Pantai itu berupa daratan dengan lembah dan bukit-bukit kecil. Ada jalan yang berliku menyusuri tepian tebing terjal. Mirip dengan jalan Cadas Pangeran atau Kelok sembilan di Sumatera Barat. Jalanan itu berwarna coklat. Namun setelah diamaati ternyata bukan tanah biasa tetapi sudah dikeraskan mirip dengan genting tanah atau bata merah (terakota). Tidak ada yang melintas di jalan itu.
Arah pandangan dialihkan ke sisi kiri, terlihat perkampungan atau kota dengan bangunan coklat pula. Rupanya rumah-rumah atau bangunan itu dibuat dari lumpur atau tanah yang dikeraskan. Mungkin dengan teknik pembakaran api atau pengeringan Matahari.
Penulis tidak berani mendekati apa yang dilihat. Sepenuhnya sadar bahwa posisi penulis di tepi laut. Apa jadinya jika penulis melangkah atau berjalan.
Tidak ada seorang pun penulis lihat di kota ataupun di jalanan itu. Pandangan terus menyapu kiri dan kanan. Ketika penulis memandang ke atas terlihat sebuah benda kotak mlayang ataupun entah digantung di atas kawat besi. Benda kotak itu pun berwarna coklat. Sambil memerhatikan dengan seirus, tiba-tiba muncul sosok bapak-bapak (yang selama ini sering muncul mendatangi penulis). Ia bercerita dengan panjang lebar seperti biasanya. Dan saya pun mengabaikannya sepeti biasanya. Mengapa? Karena selama ini, sosok Bapak itu selalu berbicara dalam bahasa yang sama sekali tidak penulis pahami. namun dari uraian kata-katanya, yang mungkin sedang menjelaskan lokasi itu ada 2 kata yang masih diingat yaitu "rudra pada".
Beberapa saat kemudian, pandangan penulis kembali ke lingkungan tepi laut itu. Hempasan angin terasa menerpa wajah dan tubuh. Udarnya bikin gerah. penulis kemudian duduk di bangku-bangku warung yang memang teresdia. Sembari menyeruput Minuman Es Jeruk, penulis mengingat semua kata-kata bapak tadi. Zonk... semuanya tidak bisa diingat kecuali 2 kata tadi "rudra pada". Apa itu rudra pada? diposting di Historiana:
Lohat juga versi Videonya...
Istilah Rudra Pada merujuk pada suatu wilayah peradaban yang telah lama hilang ditelan bumi. Dalam Rudra Pada mengisahkan sebuah negeri yang disinari Matahari sepanjang tahun (tropis).
Apa itu Rudra Pada? Berasal dari 2 kata yaitu Rudra dan Pada. Rudra adalah Dewa Matahari dan Pada adalah buana (bwana) atau dunia. Jadi bisa kita artikan sebagai "Negeri Matahari". Tidak ada keterangan apakah penduduk negeri ini menyembah Matahari atau tidak. Mungkin saja penamaan negeri matahari hanya menunjukkan wilayah itu adalah negeri tropis.
Rudra, merupakan unsur hidup dan kehidupan yang disebut sebagai Rudraprana. Kesebelas Rudra – yaitu Kapali, Pingala, Bima, Virupaksha, Vilohita, Shasta, Ajapada, Abhirbudhnya, Shambu, Chanda, dan Bhava – inilah yang menguasai semua arah penjuru angin dan yang mengatur alam semesta (buana agung dan buana alit) dalam keharmonisan semesta.
Sifat dasar Rudra adalah dua sisi, yaitu menakutkan (Ghora) dan tenang (Santa). Dalam wujudnya sebagai Rudra yang menakutkan, Beliau bersifat melebur. Oleh karena itu para pemujaNya menyebut nama Beliau untuk menerangkan kemurkaannya dan untuk mengubah Satarudriya (Seratus Rudra) menjadi Santaradriya (Rudra yang tenang). Rudra yang sangat murka menunjukkan bentuk Bhairawa dan menjelajahi bumi dengan tubuh permaisurinya. Sari, dipundaknya.
Nama lain dari Rudra adalah Ahirbudhnya, secara harfiah bermakna naga besar yang ada di samudra. Ada sebuah kisah yang menyebutkan bahwa samudra yang dalam adalah tempat bersembunyinya Naga Ahi-Vritha, yaitu sebuah wilayah yang sangat gelap atau wilayah asal kegelapan.
Rudra berhubungan dengan samudra. BSifat dasar Rudra adalah dua sisi, yaitu menakutkan (Ghora) dan tenang (Santa). Dalam wujudnya sebagai Rudra yang menakutkan, Beliau bersifat melebur. Oleh karena itu para pemujaNya menyebut nama Beliau untuk menerangkan kemurkaannya dan untuk mengubah Satarudriya (Seratus Rudra) menjadi Santaradriya (Rudra yang tenang). Rudra yang sangat murka menunjukkan bentuk Bhairawa dan menjelajahi bumi dengan tubuh permaisurinya. Sari, dipundaknya.
Nama lain dari Rudra adalah Ahirbudhnya, secara harfiah bermakna naga besar yang ada di samudra. Ada sebuah kisah yang menyebutkan bahwa samudra yang dalam adalah tempat bersembunyinya Naga Ahi-Vritha, yaitu sebuah wilayah yang sangat gelap atau wilayah asal kegelapan.
Rudra berkaitan dengan Samudra. Bahwa samudra yang dalam adalah tempat bersembunyinya Naga Ahi-Vritha, yaitu sebuah wilayah yang sangat gelap atau wilayah asal kegelapan. Oleh karena itu kita paham mengapa di masa lalu, Samudra Pasifik disebut Lautan teduh/Gelap. Barangkali dikaitkan dengan Rudra penguasa Samudra, yang oleh orang Yunani disebut Poseidon.
Cara melihat alam gaib - Masa lalu
Cara melihat kejadian masa lalu, penulis lebih memilih mendatangi lokasi daripada melihat dari kejauhan dengan cara Merogo Sukmo. Penulis tidak bisa melakukan merogo sukmo seperti rekan-rekan Indigo lainnya. lebih tepatnya tidak mau. Penulis hanya melihat rekaman masa lalu di lokasi kejadian.Merogo sukmo atau Astral Projection adalah keluarnya jiwa (astral) atau atma dari dalam tubuh, Kemudian jiwa seseorang dapat melanglangbuana mengunjungi berbagai tempat yang jauh atau berbeda waktu (ke masa lalu atau masa depan, retro-cognition & pre-cognition). Penulis tidak mau melaukan itu, karena pernah mengalami pengalaman buruk. Dimana disaat jiwa keluar tubuh lalu berusaha mengunjungi suatu tampat namun ternyata ada banyak sosok yang siap menerkam dan menyeret kita ke tujuan berbeda dengan ancaman membahayakan nyawa. Untunglah penulis bisa selamat dan kembali ke dalam tubuh.
Adakah cara merogo sukmo yang "aman"? Menurut pengamatan penulis ada! Faktanya beberapa orang yang memiliki kemampuan rogo sukmo banyak melakukannya. Bagaimana bisa aman? para praktisi memiliki cara mengamankan tubuh yang ditinggalkannya. Caranya dijaga oleh seseorang yang memiliki kemampuan supranatural atau dijaga oleh sosok gaib yang biasa disebut khodam.
Cara lain yang kini digunakan penulis adalah mengakses data masa lalu (retro-cognition) dengan melihat rekaman atau jejak masa lalu secara tak kasat mata. Ada banyak jejak energi yang tersimpan di lingkungan tertentu ketika suatu peristiwa terjadi. Ibaratnya kaset rekaman, CD atau Media penyimpanan digital di masa kini dengan berbagai rupa.
Penulis percaya bahwa benda-benda seperti batu, tanah, tumbuhan, pepohonan, angin, air bahkan ruang di lokasi kejadian menyimpan sebuah rekaman. Kita tinggal mengakses data yang tersimpan itu. Apakah bisa? Secara teori telah bayakk fisikawan membuktikan berbagai media penyimpanan seperti disinggung di atas. Sekarang kita menyimpan data dalam sebuah chip daripada media berputar seperti kaset, CD ataupun Harddisk. Kini media statis seperti USB, SSD dan lainnya telah menjadi media penyimpanan. bahkan di masa depan cairan DNA akan menjadi pengganti media pinyimpanan data yang memiliki sangat besar dalam setiap tetesnya. Begitupula partikel alam semesta, penulis yakin adalah media penyimpanan yang telah lama ada dan masih berfungsi.
Seperti dikupas di Historiana, Rudra pada adalah nama wilayah paparan Sundaland (di laut Jawa) yang kini disebut Atlantis. Oleh karena itu, jejak atlantis sulit kita telusuri di negeri kita dalam budaya Nusantara karena istilah Atlantis memang bukan istilah Native Nusantara. Namun dengan nama Rudra Pada memudahkan kita menelusuri jejak peradaban yang hilang itu.