Taman Zaman - Kisah bepergian seseorang antar tempat sering kita dengar. Biasanya terjadi pada orang-orang suci yang sangat legendaris. Peristiwa tersebut disebut Teleportasi. Telah banyak film hollywood mengangkat tema ini.
Teleportasi adalah pengalihan materi dari satu titik ke titik lain tanpa melewati jarak antara kedua titik. Proses ini kurang lebih instan, mirip dengan konsep apport, kata yang sebelumnya digunakan dalam konteks spiritualisme. Teleportasi digunakan secara luas dalam karya fiksi ilmiah dan fantasi. Sekarang teleportasi hanya bisa memindahkan benda yang berskala nanometer seperti atom hidrogen. Namun diperkirakan pada tahun 2033 kemungkinan manusia sudah bisa menteleportasikan atom kuprum/tembaga.
Saya mengalami hal aneh ketika bepergian dalam waktu singkat pindah tempat. Sejak peristiwa hilangnya mobil dari pandangan mata, seperti ditulis pada artikel sebelumnya: "Mobil Hilang Secara Ghaib di Jalan Tol Padaleunyi | Dunia Paralel", membuat saya agak trauma menggunakan mobil. Mobil dibiarkan nganggur dan lebih parah lagi tidak dimasukkan ke garasi. Mobil kian hari makin berdebu dan kusam, ditambah lagi tetesan getah dati pohon mangga depan rumah. Saya biarkan saja. Toh mobil bisa disalon nanti. Saya menganggap kasus 'hilangnya' mobil lain di jalan tol disebabkan mobil saya sendiri. Akhirnya saya lebih memilih menggunakan sepedamotor.
Hari itu, Kamis malam 21 Juni 2012 sekira pukul 22.00 malam, saya menerima laporan ada masalah ketidakberesan keuangan di Kantor Cabang Cirebon. Saya langsung memutuskan untuk datang langsung ke Cirebon malam itu juga menyelesaikan cengkarut manajemen kantor cabang. Pikiran saya saat itu akan mengintrogasi semua karyawan di kantor cabang untuk mencari tahu mengapa kebocoran anggaran bisa begitu besar. Saya mengendarai sepedamotor Suzuki Smesh 110 CC. Batas kemampuan kecepatan ya sekitar 90 km/jam. Itu pun di jalan yang rata dan lurus. Mentok-mentoknya 100 km/jam Saya berangkat menuju ke Cirebon pukul 23.00 (jam 11 malam) dan berangkat sendirian.
Perjalanan biasa saja. Lalu tiba di Kantor cabang. Karyawan langsung menyambut saya dengan ramah. Pikiran saya saat itu langsung suudzon, mentang-mentang saya mau marah karena ada masalah keuangan di Kantor Cabang Cirebon itu. Saya pun pasang muka datar-datar saja kepada karyawan. Saya langsung duduk di kursi tamu lalu bersandar. Minuman kopi disajikan. Rupanya sigap juga karyawan ini!
"Berangkat jam berapa pak?" Tanya karyawan yang rencananya mau saya introgasi itu. "Jam 7-an ya pak" Ia menambahkan.
Saya tidak langsung menjawab pertanyaan. Kopi diseruput sambil melihat jam dinding. Saya kaget melihat jam dinding karena jam menunjukkan pukul 23.30 atau jam 11 lebih 30 menit.
"Itu jam beneran? nyala dan gak rusak?" tanya saya
"Iya betul, pak. Bapak berangkat jam 7-an ya?" ucap karyawan keukeuh konsisten dengan pertanyaannya. Ia karyawan saya yang menjabat kepala cabang itu. Ada 6 orang seluruh karyawan tetap kantor cabang itu, ditambah freelance yang jumlahnya tidak ditentukan.
"Ah yang bener, mana saya lihat jam tanganmu!" saya meraih tangannya, ternyata betul pukul 23.30. Lalu saya pun minta Hand phone (HP) para karyawan di kantor cabang itu. Ternyata jam pada HP menunjukkan jam yang sama.
"Ah yang bener? saya berangkat dari Bandung jam 11 tadi" ucap saya agak bernada tinggi
"Masa sih pak?" karyawan hampir serempak menjawab dengan penuh heran,
Saya pun heran karena waktu tempuh perjalanan saya hanya Setengah jam saja dari Bandung ke Cirebon. Biasanya waktu tempuh perjalanan menggunakan sepedamotor memakan waktu 4 hingga 4,5 jam sampai kota Cirebon. Ditambah lagi saya harus menuju Jalan Gunung jati menuju kantor cabang yang berada dipinggir kota. Jarak itu saja bisa ditempuh 30 menit. Di Bandung pun, saya berangkat dari Kiaracondong. Untuk bisa sampai batas Cileunyi (batas Bandung) saja memakan waktu 30 menit.
Saya berpikiran bahwa ini kerjaan karyawan yang menyetting jam mereka. Lalu saya mengeluarkan HP dan saya lihat. Memang benar waktu menunjukkan pukul 23.30 menit. Namun, saya masih penasaran lalu menelepon ke rumah di Bandung.
"Halo.. Papa udah sampai Sumedang?" tanya istri saya. "Lagi istirahat di Tukang Tahu Alamsari ya? Hati-hati di Jalan"
"Saya sudah di Cirebon. Ini lagi bareng sama anak-anak di kantor" jawab saya.
"Astagfirullah" jawab istri saya, "kok udah nyampe lagi? Ngebut ya?"
"nggak, saya nggak ngebut" jawab saya "Ya udah ya, yang penting udah nyampe cirebon" saya mengakhiri pembicaraan.
Saya pun terduduk lemas bersandar di kursi tamu itu. Saya heran dengan waktu tempuh perjalanan malam itu. Saya pun tidak jadi mengintrogasi karyawan dalam kasus keuangan. Hingga waktu menembus pagi pun tidak tidur. Selanjutnya sekira jam 8 pagi, saya minta diantar oleh karyawan ke Pool Bis Sahabat untuk kembali pulang. Saya tidak mau menggunakan sepedamotor. Alasannya selain belum tidur juga karena khawatir terjadi lagi seperti kejadian semalam. Akhirnya saya bisa tidur dalam perjalan bis menuju kota Bandung.
Seharusnya perjalanan Bandung - Cirebon memakan waktu 4 - 4,5 jam kok hanya ditempuh 1/2 jam. lalu saya mengingat-ingat perjalanan. Perjalanan dari Kiaracondong menuju Cileunyi masih saya ingat betul. Samar-samar saya mengingat Jatinangor Sumedang karena sempat melewati kampus almamater UNPAD. Tapi saya tidak mengingat pernah melewati Tanjungsari. Apalagi jalan yang fenomenal berkelok "Cadas Pangeran" atau Nyalindung Sumedang benar-benar tidak merasa melewatinya. Bahkan Kadipaten Majalengka (perbatasan Sumedang-Majalengka) saya tidak mengingatnya. Jalan di daerah Jatiwangi, Ciwaringin atau Palimanan bahkan Kota Cirebon pun tidak merasa melewatinya. Tiba-tiba saya sudah di Klayan, yaitu Jalan di luar kota cirebon sebelah utara menuju Gunung Jati ke arah Kantor Cabang.
Jarak dari Bandung - Cirebon 145 KM plus 10-15 Km. Ditambah lagi 15 km dari kota Cirebon menuju kantor cabang. Dalam perjalanan banyak sekali jalan berkelok dan naik turun. Sulit mencapai kecepatan tinggi. Belum lagi ditambah banyaknya kendaraan truk di malam hari. Sehingga tidak mungkin mencapai kecepatan berkendara dengan kecepatan tinggi. Dan Spedamotor Smesh 110 cc tidak mungkin mencapai kecepatan tinggi. Sungguh peristiwa yang tak bisa saya mengerti hingga hari ini.
Lihat juga versi videonya
Ini kejadian kedua di bulang yang sama di tahun 2012. Sebelumnya terjadi di Bandung. Saat saya belok kiri dari Jalan Kopo sebelah Rumah Sakit Immanuel, tiba-tiba saya berada di depan ITC Kebon Kalapa. Jarak yang cukup jauh sekitar 4-5 km dari posisi semula. itu pun membuat saya terduduk di trotoar jalan diperempatan jalan pungkur. Ternyata kejadian berulang dan lebih parah dalam perjalanan Bandung-Cirebon. Semoga tidak terjadi lagi pada diri saya, apalagi saya tak mau membayang jika pindah kota, misalnya tiba-tiba berada di Newyork atau Paris. Naudzubillahimindzalik.
-Cag-