Taman Zaman - Sudah banyak para tokoh ideola di Indonesia ini menjadi panutan kalangan milenial sekarang ini. Para tokoh itu memiliki kemampuan supranatul dan ada pula yang dikenali seorang Indigo, sebut saja Roy Kiyashi atau Reza rahasia dan lain-lainnya.
Ini kisah lain ya... Suatu ketika di tahun 2010, disaat saya mengajar di salah satu perguruan tinggi di Bandung, ada tiga orang mahasiswi yang "tidak kebetulan cantik" sangat serius memandang saya dengan cara berbeda. Tidak seperti 30 orang mahasiswa-mahasiswi lainnya. Saya merasa sedikit tidak nyaman. Namun gengsi dong kalau harus gerogi.
Selepas mengajar, ketiga mahasiswi itu mengikuti saya ke ruang penyimpanan daftar absensi. Lalu mereka meminta waktu saya untuk ngobrol. Seorang Mahasiswi berasal dari Bali bernama Ni Putu
Satu orang lagi dari Riau (Melayu) dan terakhir wanoja Sunda urang Sukabumi. Saya berpikir mereka akan bertanya seputar materi kuliah di kelas atau dari buku saya. Sungguh kaget ternyata diluar dugaan
Ni Putu bercerita bahwa di kosannya ada sosok Dewa Pengganggu. Dia merasa terancam. Padahal katanya. Ia sudah membawa Dewa sendiri sebagai pelindungnya.
"Wah ini aneh ya.. kenapa kamu bertanya sama saya?"
"Tolong pak, bantu saya!" Pinta Ni Putu.
"Hmmm kalau menurut saya, yang mengganggu itu di sini mah disebut jin. Dan yang Kamu bawa itu disebut khodam."
"Jadi bagaimana cara mengatasinya pak?"
"Waduh.. saya gak tahu ya." Saya pun garuk kepala sambil senyum. Bari garo-garo teu ateul kata basa Sunda mah.
"Saya tidak mengerti dan tidak bisa. kalau kamu mau bimbingan skripsi dengan saya sangat boleh. Tapi kalau hal ini saya tidak bisa dan tidak mengerti."
"Bantu saya pak.. saya yakin bapak bisa, makanya sejak bapak masuk kelas, saya memandang bapak, yakin bisa menolong."
Saya pun mengabaikannya,
"kalau kamu kenapa lagi?" saya bertanya sama si Eneng dari Sukabumi
"Saya penah dirajah dan dimandiin, itu buat apa ya pa?"
"walah ini mah lebih aneh lagi kamu mah atuh, Tanya saja sama yang merajahnya dan memandikanmu itu."
"kalau kamu kenapa?" saya tanya sama Lidya dari Riau.
"Ini pak, saya sebelum berangkat kuliah ke Bandung diberi 3 pegangan sama Ibu. Pertama Buluh perindu, minyak pengasihan dan gurah 'bagian perempuan'."
"Apa? ahahaha" saya pun tak kuat tertawa
"Iya pak..." dengan logat khas melayunya, ia pun bertanya lagi. "Bagaimana cara menggunakannya pak?"
"Hah? kamu ini ada-ada saja ya.. baca saja di Internet cara penggunaan buluh perindu, minyak pengasihan. Masa saya harus mengajari menggunakannya apalagi Gurah "bagian perempuan". Hahaha Waduh.. udah ya saya mau pulang."
Itulah perstiwa yang menurut saya sangat aneh. Saya tidak mengerti hal gaib apalagi terkait azimat itu. Namun beberapa minggu kemudian ke-3 mahasiswi itu menjadi anak bimbingan skripi dan saya pun wanti-wanti tidak membahas lagi pembicaraan gaib. Namun 1 minggu berselang sejak bimbingan skripsi hari pertama, Ni Putu membawa oleh-oleh berupa asbak ukiran bali, karena saya perokok, sambil mengucapkan terima kasih bahwa Dewa pengganggu di kosannya sudah pergi.
"Lho.. kok dia yang pergi saya yang dikasih hadiah?"
"Ah bapak juga tahu dan jangan membahas gaib lagi kata bapak."
Saya pun cuman bisa nyengir atuh sembari tidak mengeti. Sejatinya tidak mengerti.
Beberapa tahun yang lalu ada seseorang mengajak ngobrol serius dengan saya. Ia menjelaskan bahwa saya menunjukkan ciri seorang Indigo. Ia menjelaskan beberapa ciri orang Indigo. Saya pun membantah dengan halus, bahwa saya tidak Indigo. Namun ia menjelaskan lagi bahwa dengan mengembangkan potensi itu akan sangat bermanfaat. Secara pribadi saya tidak ingin mengembangkannya, kecuali dengan pembuktian mekanisme teknologi. Sekalipun bisa dengan aura fotografi, Saya kira itu tidak cukup.
Lalu saya ingat dengan peristiwa anek 3 orang mahasiswi itu. Apakah ada hubungannya dengan Indigo? Ah tidak saya pikirkan.
Sekarang mereka mungkin telah menjalani hidup berumah tangga bahagia dan karis yang sukses.
Sukses selalu buat kalian bertiga!