Taman Zaman - Tahun 2019 ini, Pulau Jawa dilanda musim kemarau panjang. Dalam musim kemarau ini, kita dihadapkan dengan berkurangnya stok air tanah. Beberapa daerah dilanda kekeringan. Warga mengalami kesulitan pemenuhan pasokan air bersih. Beberapa sumber air kering kerontang, namun kita juga mengetahui berita ada beberapa sumur yang tak pernah kering. Kok bisa?
Beberapa lokasi pemukiman mungkin tidak mengalami masalah makala jaringan air bersih ada dari perusahaan daerah air minum (PDAM). Namun beberapa daerah yang tidak memiliki jaringan air bersih tidak dapat pasokan air bersih. Ada juga marayarakat secara mandiri membuat sumur bor untuk mengakses air tanah. Namun tidak semua berhasil mendapatkan air bersih meskipun pengeboran sudah sangat dalam.
Salah satu kegagalan itu disebabkan masyarakat tidak mengenali karakteristik tanah dan zona air tanah. Hal itu bisa dimaklumi. Pasalnya, di daerah dengan ketinggian tertentu, sulit ditemukan air tanah.
Pada tanah dengan karakteristik permeable atau kedap air, akan sulit ditemukan air tanah bebas, yaitu air tanah yang bisa ditemukan dengan menggali sumur biasa.
Untuk menemukan lapisan akuifer, yaitu lapisan aliran air tanah di bawah lapisan kedap air dan menembus lapisan kedap air, biasa nya ditempuh cara pengeboran.
Sayangnya, cara itu kurang efektif karena air tanah tidak ditemukan pada kondisi tanah seperti itu. Oleh karena itu, agar air tanah dapat dengan mudah ditemukan tanpa perlu menggali lebih dalam, sebaiknya terlebih dahulu diketahui zonasi air tanah.
Metode fisika merupakan salah satu metode untuk merekonstruksi pola sebaran lapisan akuifer. Cara nya melalui pengukuran geolistrik seperti pengukuran tanah, induce polarization atau polarisasi listrik pada permukaan mineral, dan pengukuran seismik dengan georadar.
Metode lain yang bisa diterapkan ialah metode kimia dengan cara merunut pola pergerakan air tanah. Ketika air tanah melawati suatu media, air akan membawa mineral dari batuan atau tanah yang dilewatinya.
Metode Tradisional
Ada metode mencari sumber air dengan cara tradisional yaitu dengan menggunakan alat "detektor" daun pisang atau Godong gedang. Ini pengalaman penulis ketika mencari sumber air bersih di kawasan perumahan baru di Kabupaten Cirebon. Tepatnya pada bulan September 2019 yang lalu..
Meskipun rumah yang penulis ambil dari perumahan itu sudah ada titik pipa hasil pengeboran oleh developer, namun ternyata tidak ada airnya. Beberapa rumah telah mengebor tanah hingga kedalaman bervariasi mulai dari 18 meter, 24 meter hingga 40 meter. Ada yang berhasil mendapatkan air adapula yang gagal.
Rumah penulis termasuk yang paling akhir akan melakukan pengeboran. Satu dari 150 rumah yang ada di perumahan itu, penulis lah yang paling akhir. Sebelum melakukan pengeboran, mertua penulis want-wanti bahwa dalam budaya tradisional leluhur kita, air adalah urip lan panguripan (hidup dan penghidupan). Jangan sembarangan mengebor. Kita harus memastikan di titik mana harus mengebor, meskipun sudah ada pipa hasil pengeboran developer belum tentu itu titik sumber air. Jadi tidak mesti memperdalam lubang pipa pengeboran sebelumnya.
Penulis mendapatkan gambaran bahwa, sebenarnya kita dapat mengetahui stok air bawah tanah dengan pemetaan geologi bawah tanah dengan georadar atau geolistrik. Tentu ini memerlukan keahlian khusus dan berbiaya besar. Belum lagi biaya pengeborannya. Namun ada cara tradisional dengan menggunakan "detector daun pisang". Lho kok bisa? Mari kita simak prosesnya.
Pertama, kita menentukan areal mana saja yang kemungkinan akan kita lakukan pengeboran. Letakan daun-daun pisang di beberapa titik dengan jarak sekira 30 cm antar dau pisang yang disebar. Beri batu atau benda apa saja untuk menindih daun agar daun tidak terbang tertiup angin. Biarkan selama 24 jam. Besoknya kita cek daun satu per satu. Diantara daun pisang itu akan memberikan "sinyal" berupa embus air yang menempel di daun pada permukaan daun yang menghadap tanah. Itulah tandanya bahwa di bawah posisi daun tersebut tersimpan stok air bawah tanah. Logikanya uap air yang menempel di daun, merupakan intrusi air dari bawah permukaan tanah ketika air menguap dan tertangkap lapisan daun.
Uap air pada daun pisang. Ilustrasi |
Akhirnya penulis menentukan titik pengeboran air di belakang rumah yang telah ada tandanya. Posisinya 2 meter dari titik pipa air sebelumnya yang dibuatkan developer. Pengeboran air dimulai pada pagi hari 2 September 2019. Alhamdulillah akhirnya air muncul dengan sangat besar dan banyak menggunakan pompa listrik biasa. Kedalaman pengeboran 9 meter saja.
Beberapa tetangga menyaksikannya. Ada yang mengapresiasi ada pula yang "menganalisisnya' dengan gaya tersendiri. Seorang ibu mengatakan bahwa di rumahnya tidak ada air. Ia bahkan sudah mengebor dengan kedalaman 40 meter. Ia menganalisis bahwa penyebabnya karena tetangga kiri, kanan, depan dan belakang sudah mengebor air sebelumnya. Jadi ia tidak kebagian air. Kok bisa? Bukankah tetangganya hanya mengebor pada kedalaman maksimal 24 meter? sementara ia mengebor dengan kedalaman 40 meter. Dan... bukankah penulislah yang terakhir mengebor di perumahan itu setelah semua tetangga (149 rumah) melakukan pengeboran? dan kedalaman mengebor air hanya 9 meter saja.
Penulis bertanya pada si Ibu itu, "Lalu Ibu mendapat air buat sehari-hari bagaimana?"
"Saya dikasih tetangga sebelah kiri rumah. Soalnya rumah sebelah kanan mah pelit, mentang-mentang punya mobil. Sok kaya sia" Jawabnya penuh semangat.
"Oh.. begitu ya bu. Saya permisi dulu mau beres-bers rumah"
Ternyata saya tahu penyebabnya. Percaya atau tidak, hidup ini adalah kumplan karma.
Akhirnya saya percaya, banyu iku urip kanggo panguripan
Semoga bermanfaat!!