Indigo: Bulan-bulanan Makhluk Gaib dan Manusia




Taman Zaman - Pembahasan mengenai Indigi tidak akan ada habisnya. Istilah indigo di beberapa daerah berbeda penyebutan. Misalnya di Jawa disebut Linuwih dan di Bali disebut Melik. Anda mungkin seorang Indigo atau memiliki saudara dan teman yang Indigo. Kemampuan seorang Indigo jika sampai membuka mata ketiga atau Ajna mampu melihat dunia astral atau alam gaib. Biasanya ia akan menceritakan apa yang dilihatnya. Hati-hati!

Tidak mudah menjadi seorang indigo. Selain dianggap sebagai sebuah kelebihan, tak jarang tudingan negatif disematkan kepadanya. Ada beberapa risiko perlakuan orang yang bisa kita terima dari mereka.

Jadi pertanyaannya, saya Indigo jadi kudu piye??

Ini pengalaman penulis yang kerap mendapatkan penglihatan tertentu mengenai dunia astral di suatu tempat atau masa lalu seseorang. Penulis hanya diam dan tak menceritakan apa yang dilihat. Ini penting, karena ada bahaya dari dua sisi yaitu: dari makhluk gaib dan manusia sekaligus. "Balai ti papada jalmi" artinya marabaya yang datang dari sesama manusia. Kita bisa dituding sesat bahkan berbohong. Hingga akhirnya kita dibully bahkan dipersekusi. So.. apa manfaatnya jika kita bercerita apa yang kita lihat? Jadi, Diamlah!

Pengalaman lain diderita oleh sepupu kecil penulis. Sebut saja namanya Lena. Ia seorang gadis kecil berumur 10 tahun sekarang ini. Dilahirkan dalam kondisi tubuhnya "Albino". Oleh karena itu banyak orang mengira bahwa ia orang Bule asing. Padahal kedua orang tuanya asli Sunda. Tidak kebetulan ia indigo. Aktivitas sehari-harinya menyendiri. Ia dijauhi oleh teman-temannya di sekolah. Padahal ia anak yang cantik bak orang Eropa dan baik hati. Bermula dari laporan guru di sekolah ke orangtuanya bahwa ia sering menceritakan banyak makhluk aneh di belakang sekolah, hingga anak-anak di sekolah itu pada ketakutan. Selain itu, teman-temannya kerap melihat Lena berbicara sendiri.

Lena menceritakan keluh kesahnya pada penulis. Orangtuanya (Tanten penulis) pun memahami penulis yang juga indigo. Untunglah perasaan dan pendertiaan Lena dapat penulis pahami. Akhirnya dengan cara perlahan penulis membimbingnya secara pelan-pelan sesuai dengan kapasitasnya yang masih kecil. Yang penting bimbingan berupa teknis yang secara praktek mudah ia lakukan. Misalnya, Lena diarahkan agar tidak menceritakan apa yang dilihatnya kepada orang lain, bahkan orangtuanya. Orang tua Lena selama ini memang sering membantah apa yang dilihat anaknya itu. Penulis mengarahkan agar Lena hanya bercerita kepada penulis. Kedua, Lena diminta agar tidak mengajak berbicara makhluk astral baik di sekolahnya atau dimana pun. Ia tidak boleh menjawab ketika disapa makhluk astral. Ini penting untuk menghindarkan tudingan orang yang akan menganggapnya "gila".

Di sisi lain, Lena sering diikuti 2 sosok perempuan yang berasal dari suatu tempat angker  di desanya. Mereka itu disebut ipri dalam bahasa Sunda yang berarti Siluman Ular. Yang membahayakan dari kedua Ipri itu adalah sering menggunakan tubuh lena untuk dirasuki. Lebih bahaya lagi ketika ditanya penulis, bahwa kedua sosok perempuan Ipri itu mencintai Redo kakak Lena. Wah bahaya sekali! Coba anda bayangkan jika sosok perempuan itu ingin berkencan dengan Redo melalui Tubuh Lena???!!!

Dengan kesabaran dan upaya terus menerus, akhirnya "jalur" masuk makhluk astral itu mulai menyempit. Hingga tak semudah dulu mereka keluar masuk seenaknya. Proses ini dilakukan sejak Lena berusia 7 tahun. Chakra Ajna diupayakan ditutup. Namun masih memerlukan kedewasaan dari Lena sendiri. Semoga dengan semakin dewasanya Lena, semakin mudah menutupnya dan Lena semakin mamasuki dunia kehidupan nyata yang semakin bahagia, bermanfaat dan bermartabat. Amiin
Baca Juga