Mengubah Ramalan Nasib dan Karma Buruk


Taman Zaman - Ingin memperbaiki nasib, mudah dibicarakan namun sulit untuk dikerjakan. Walaupun dalam hati mengerti akan sebab-sebabnya, tetapi untuk mengerjakan secara konkrit akan terasa sangat sulit. Sebab harus memberikan pengorbanan tertentu, korban waktu, pikiran, tenaga, uang, dan lain-lain. Pun semua hal itu harus dilaksanakan terus-menerus, barulah berhasil. Tidak sedikit orang yang pada permulaannya penuh dengan kepercayaan, tetapi setelah melalui satu jangka waktu tertentu, tetap tidak nampak hasilnya, maka ía putus asa. Timbullah keragu-raguan, bahkan melepaskan atau membatalkannya, ia lebih sudi menjadi hamba nasib, lalu dikatakannya “Terserah pada-Mu (Tuhan)”.

lnilah kesulitan manusia hendak mengungguli nasib, justru ada kesulitan ini, kian jelaslah keunggulannya dan nilainya. Pada hal, dengan mempunyai kepercayaan yang kuat, tekad yang teguh, sema­ngat yang kokoh, apapun kesulitannya, bagi orang ini tidak sulitlah memperbaiki nasibnya.

Ramalan boleh atau tidak?
Ada pandangan yang menyebutkan bahwa ramalan tidak boleh. Padahal kelahiran para pemimpin agama di dunia telah diramalkan sebelumnya. Misalnya kelahiran Pangeran Sidharta telah diramalakan akan menjadi Buddha. Bahkan saat itu didatangkan 5 orang peramal. Lha wong ayahnya adalah seorang raja, peramal yang didatangkan pun tidak satu. Begitu pula para pemimpin agama lain, kelahirannya telah diramalkan.

Ramalan bersumber dari riset longitudinal yaitu catatan jangka panjang antar generasi. Setiap fenomena sebab-akibat dicatat dengan seksama dan tentu ada koreksi-koreksi dalam perjalanannya. Jadi ramalan tidak berarti dari bisikan makhluk astral. Ramalan berdasar petunjuk-petunjuk yang ada di sekitar kita. Dan kita percaya bahwa apapun yang terjadi di dunia ini tidaklah kebetulan. Setiap peristiwa yang terjadi disebabkan sebab sebelumnya. Sumber informasi bisa diambil dari tanda alam seperti langit, awan dan planet-planet. Contoh ramalan cuaca berdasarkan pertanda di langit ini. Ada lagi ramalan berdasarkan guratan garis tangan yang disebut lmu Palmistri seperti yang telah kita bahas sebelumnya. Sumber ramalan berdasarkan tanda pada tubuh yang disebut ilmu Fisiognomik dan sumber ramalan berdasarkan arti atau takwil mimpi, serta berdasarkan tata letak bangunan yang disebut Fengshui dan lainnya.

Hubungan Ramalan dan Karma
Sekarang bagaimana hubungannya antara ramalan dan karma. Kita terlahir dari karma kita. Misalnya ramalan dengan garis tangan. Garis tangan tertentu adalah dilahirkan oleh karma yang bisa dibaca. Misalnya petunjuk dalam garis tangan memberitahukan bahwa pada umur tertentu mengalami hal tertentu.

Lihat juga versi Videonya



Dasar dari ramalan garis tangan itu adalah seperti ramalan cuaca. Misalnya diramalkan bahwa besok Jakarta akan hujan. Mengapa bisa diramalkan bahwa besok Jakarta hujan? pertimbangannya adalah kondisi cuaca dan kelembaban hari ini atau beberapa hari sebelumnya. Tetapi ternyata ada hembusan angin kuat dari arah Australia ke Indonesia khususnya Jakarta, maka awan menghilang dan hujan tidak terjadi. Demikian pula dengan ramalan nasib.  Bila ramalan cuaca penting bagi Filght Plan, Ramalan nasib penting bagi Life Plan.

Dalam ramalan nasib melalui garis tangan, misalnya kita diramal bakal sakit-sakitan dan hidup susah. itu ibarat ramalan cuaca di atas. Namun kemudia, kita "mendatangkan angin", maka situasi dalam ramalan akan batal. "Mendatangkan angin" itu adalah perbuatan baik kita atau dharma atau amal. Perbuatan baik kita dengan badan, ucapan, pikiran dan bersihkan perilaku kita terkait Dasa-Indera. Kita perbanyak perbuatan baik kita, ibarat hembusan angin kuat yang akan menyingkirkan awan hitam dalam nasib. Akhirnya peristiwa buruk yang diramalkan melalui garis tangan akan terlewatkan alias tidak terjadi. Bisa jadi ramalan jelek akan berkurang 'jeleknya' atau bahkan berubah tidak jelek sama sekali atau menjadi baik secara total.

Sebaliknya jika sudah diramal baik, tetap harus mengembangkan dharma/amal kebaikan. Sebabnya, apa yang diramalakan baik akan tambah baik.. tambah baik... tambah baik. Itu sebenarnya dasar hubungan ramalan dan karma. Ramalan dan petunjuk yang telah diberikan Tuhan selama ribuan tahun dan eksis dalam berbagai budaya dan bangsa adalah menjadi pengetahuan milik manusia.

Ramalan dan Karma Masa Lalu
Kembali ke kisah Pangeran Sidharta. Bahwa sebelum Pangeran Sidhartha terlahir sebagai pangeran Sidhartha, di masa lalu ia adalah seorang pertapa sumedha. Pertapa Dipangkara meramalkan kepada pertapa Sumedha bahwa "engkau nanti akan menjadi pangeran Sidharta anak raja Sudodhana dan akan menjadi Buddha Gautama".

Ramalan itu sampai terwujud menjadi pangeran Sidharta melalui 4 Sankya Kalpa. Kalpa adalah satuan waktu yang sangat panjang dalam ajaran Hindu dan Buddha. Sebagai gambarannya 1 kalpa berdasarkan pandangan Agama Hindu dan Buddha.

Kalpa menurut agama Hindu

Dalam ajaran agama Hindu, satu Kalpa berarti: “satu hari bagi Brahma”. Satu hari bagi Brahma sama dengan seribu Yuga. Satu Yuga terdiri dari empat zaman: Satya Yuga, Treta Yuga, Dwapara Yuga, dan Kali Yuga. Jangka waktu pada masing-masing zaman:

    Satya Yuga – 1.728.000 tahun
    Treta Yuga – 1.296.000 tahun
    Dwapara Yuga – 864.000 tahun
    Kali Yuga – 432.000 tahun.

Jika jangka waktu keempat masa tersebut dijumlahkan hasilnya 4.320 ribu tahun = masa satu siklus Yuga. Satu Kalpa masanya 1000 yuga. Jadi 4.320 ribu × 1000 = 4.320 juta tahun. Inilah jangka waktu satu Kalpa menurut agama Hindu.

Kalpa menurut agama Buddha

Dalam ajaran agama Buddha, ada empat Kalpa yang memiliki jangka waktu yang berbeda, yakni:

    Kalpa skala tetap (dasar perhitungan), berjalan selama 16 juta tahun
    Kalpa skala kecil, (1000 × 16 juta) berjalan selama 16 miliar tahun
    Kalpa menengah, (20 × 16 miliar) berjalan selama 320 miliar tahun
    Kalpa skala besar, (4 × 320 miliar) berjalan selama 12,8 triliun tahun

Buddha tidak berbicara tentang jangka pasti kalpa dalam tahun. Akan tetapi, Ia memberikan beberapa analogi untuk mengerti hal tersebut.

Bayangkan sebuah tabung kosong pada awal mula kalpa, kurang lebih 16 mil pada setiap sisinya. Setiap 100 tahun, kita memasukan biji mustard kecil di dalam tabung tersebut. Menurut Sang Buddha, tabung yang besar tersebut akan penuh sebelum 1 masa kalpa berakhir.

Bayangkan sebuah batu yang sangat besar/raksasa pada awal mula kalpa kurang lebih 16 x 16 x 16 mil. Kita mengambil sebuah batu kecil dan menyapu gunung tersebut sekali dalam 100 tahun. Menurut Sang Buddha, gunung yang besar tersebut akan habis sebelum 1 masa kalpa berakhir.

Beberapa bhante ingin mengetahui berapa banyak kalpa yang telah berlalu sejauh ini. Sang Buddha memberikan analogi sebagai berikut:
Jika kita menghitung jumlah total partikel pasir pada sepanjang sungai Gangga. dari hulu sungai sampai ia berakhir di laut, jumlah tersebut akan lebih sedikit daripada jumlah kalpa yang telah berlalu.

Solusi menghadapi Ramalan Buruk dengan Kias
Ramalan ramalan dan Kias. Kiyas adalah proses tradisi sebagai tolak bala. Anda pernah mendengar bahwa ada ritual ruwatan. Apakah anda pernah mendengar potong rambut? ritual siraman atau mandi? Ya itu sebenarnya kiyas - tolak bala, terhadap karma buruk atau suatu perilaku kita dalam menghadapi ramalan nasib.

Kenapa rambut yang harus dipotong? kisahnya terkait dengan budaya masa lampau. Dalam budaya leluhur di Pulau Jawa, orang-orang berambut panjang pun demikian di negeri Tiongkok saat itu. Panjangnya rambut mereka bukan karena tak mempan dipotong alias kebal, tetapi mereka bangga dengan rambut dan sangat menyayanginya maka dipanjangkan.  Dengan demikian, ritual potong rambut adalah bentuk pengorbanan kita untuk menyatakan siap mengorbankan apa yang paling sidayangi demi kebaikan hidup.

Potong rambut bukan berarti potong sial. Potong rambut dan mandi bukan berarti memindahkan keburukan pada rambut yang kemudian dipotong dan dibuang, tetapi merupakan kiyas sebagai bentuk kesiapsediaan diri untuk berjuang mengatasi kesulitan. Ini yang disebut Ciswa atau kiyas.

Ritual lainnya dalam budaya Tiongkok dalah melepas burung atau kura-kura. Pun demikian para penganut Buddha di Pulau Jawa sejak masa lalu hingga kini. Pelepasan makhluk hidup adalah simbol atau kiyas melepas jiwa yang terkungkung.

Tidak ada yang bisa menghentikan orang dengan sikap mental yang tepat untuk mencapai impiannya, tidak ada di bumi ini yang dapat membantu orang dengan sikap mental yang keliru.

Sumber informasi dalam ramalan.
Sumber informasi ramalan adalah seperti:
•    Meramal dengan guratan garis tangan
•    Meramal melalui tanda-tanda dan alamat-alamat
•    Menujum sesuatu dari halilintar atau keanehan-keanehan benda langit lainnya
•    Meramal dengan mengartikan mimpi-mimpi
•    Meramal dengan melihat tanda-tanda pada bagian tubuh
•    Meramal dari tanda-tanda pada pakaian yang digigit tikus atau binantang lain
•    Menentukan apakah letak rumah itu baik atau tidak (fengsui)
•    Dan lain sebagainya
Baca Juga